Nine days part 5
Sepanjang perjalanan melewati Sumatera Selatan, hujan menemani kami yang matanya sudah pada berat. Kami juga melewati jalanan yang kami lewati tadi dan kami berkata “ini jalanan yang udah kita lewati sebanyak tiga kali untuk hari ini, semoga, untuk yang keempat kalinya bukan hari ini kita melewatinya, tetapi hari terakhir perjalanan kita nanti” dan tempat dimana kami sempat menunggu keputusan dari pihak sekolah juga sudah kami lewati dan semuapun bersorak. “asyik, tampaknya perjalanan kita akan berlanjut, karena, tempat tadi sudah kita lewati, dan ini awal dari petualangan kita” kata salah satu temanku, tapi aku lupa siapa.
Mataku benar-benar sudah tidak bisa ditolerir lagi. Sudah sangat mengantuk. Film Tom and Jerry yang diputar berkali-kali di bus, tidak dapat menghiburku lagi, karena aku bosan untuk menontonnya. Karena sepanjang perjalanan, film itu sudah diputar sebanyak tiga kali dan aku memutuskan untuk menuju alam mimpi.
Sudah berapa lama aku tertidur, dan ketika aku terjaga dari tidurku, bis itu berhenti di salah satu tempat pengisian bensin yang ada di jalan. Hari sudah mulai gelap dan kami turun untuk shalat maghrib dan isya. Ternyata, bangku yang aku duduki, tidak se normal bangku yang lain. Sandarannya yang tidak bisa tenang dan aku melaporkan ke supir busnya. Sekitar setengah jam berikutnya kami kembali melanjutkan perjalanan. Namun tidak lama setelah itu, kami kembali berhenti di sebuah rumah makan, yaitu Pagi Sore. Oh, iya, bangkuku sudah normal seperti yang lain, tapi, bangku itu tidak bisa distel sesuka hati. Aku cukup kesal akan hal ini.
Beberapa temanku termasuk aku dan guru-guruku turun dan makan di restoran itu, sementara beberapa lagi tetap di bus karena mereka membawa bekal sendiri. Aku mulai merasa pegal dengan perjalanan ini. Tapi tetap, ini akan aku jalani untuk Sembilan hari yang akan datang (lebay). Aku memesan nasi dan ayam goreng. Begitu juga teman semeja makanku. Bekal yang disiapkan mamaku tadi pagi, sudah tidak bisa dimakan lagi karena sudah berbau. Jadi aku putuskan untuk makan di resto itu aja.
Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan dan tidur kembali. Saat malam itu, aku kembali terjaga, dan mendengar gurauan temanku. Saat itu ada salah satu anggota rombongan yang belum ikut di dalam bus, katanya ia akan naik saat di Lampung. Namanya Hasbi. Berhubung waktu keberangkatan ngaret terlalu lama, mereka memikirkan hal-hal yang aneh. Mulai dari Hasbi yang membuka tenda di pinggir jalan gara-gara kelamaan nunggu, dan sebagainya. Hal itu membuat tawa teman-teman yang lain meledak.
Comments
Post a Comment