Nine days part 4
Ternyata perjalanan kami masih saja dihadapi masalah. Setelah dua jam perjalanan tiba-tiba pembimbing kami, pak Wanto mendapat telepon dari kepala sekolah bahwa kami disuruh balik ke Jambi karena ada masalah. Ada yang mengatakan perjalanan kami dihentikan, sebab agency yang kami sewa, beberapa personilnya sekarang berada di kantor polisi karena tersangkut masalah ‘penipuan’. Ternyata, bus yang ke Bali tidak kunjung datang dikarenakan mengalamai kecelakaan dan diganti. Bus penggantipun tak kalah menyedihkan, keropos disana-sini dan tidak layak. Melihat hal itu, wali murid marah dan menggiring personil agency yang mereka sewa ke kantor polisi. Kami sudah mulai grasak- grusuk. Bagaimana tidak, pagi tadi sudah pamit, melambaikan tangan sekarang harus pulang secepat ini dan perjalanan dibatalkan. Malu yang sekarang yang merajai pikiran dan perasaan gondok juga kesal . Mengapa mereka melimpahkan kekesalan mereka kepada kami. Sebab, menurut kabar, bahwa yang meminta kami untuk kembali adalah orangtua murid (?). awalnya kami disuruh berhenti di desa tempat kami berada waktu itu karena pihak sekolah akan menyusul, tapi nyatanya semua itu sia-sia. Penantian kami selama beberapa menit sia-sia. Ternyata keputusan pulang ke Jambi lah yang pada akhrinya dicetuskan.
Sepanjang perjalanan menuju ke Jambi, kami hanya pasrah dan terus berdoa agar semuanya baik-baik saja dan kami jadi study tour ke Jogja. Untuk menghilangkan perasaan gondok tidak terbendung, Radit, Angga dkk, memecah suasana menjadi sedikit bersemangat dengan nyanyian. Mengenang masa kecil dengan menyanyikan lagu-lagu kartun jaman dulu hingga akhirnya kami menginjakkan kaki kembali di SMA 1 tercinta. Saat itu menunjukkan waktu sekitar pukul 12 lewat. Saatnya makan siang dan shalat dzuhur. Ada yang berkomentar “seharusnya, bekal yang aku bawa ini untuk di perjalanan dan ternyata harus aku makan disini” lalu ada yang menjawab “yasudahlah, yang penting sekarang kita berdoa, semoga Allah mengijinkan untuk meneruskan perjalanan”. Disaat itu, orangtua kami masing-masing sudah berdatangan. Termasuk mama dan papaku. Mereka mengatakan bahwa tadi pagi suasananya memang kacau dan heboh. Semua penuh emosi.
Ternyata benar, Allah Maha Bijaksana, akhirnya semua masalah selesai dan pada hari itu juga kami dapat melanjutkan perjalanan tanpa diboncengi masalah yang tadi. Kami bersorak gembira dan segera bergegas menuju bus. Tetapi sebelumnya kami melaksanakan shalat asar terlebih dahulu karena saat dikatakan “kita akan berangkat” hari sudah menunjukkan pukul setengah empat. Jam 16:30 perjalanan dilanjutkan, dan kami berharap, ini memang perjalanan yang sesungguhnya. Sebelum berangkat, sempat-sempatnya Radit membuat lelucon ringan. Karena untuk beberapa saat kami harus menunggu pak Munir yang pulang ke rumah.
Comments
Post a Comment