Posts

Showing posts with the label Flash Fiction

You're still Mine in My Dream

Lalu apa yang salah? Beberapa malam yang lalu tetiba aku dan waktu senggangku ingin sekali melihat mu di balik sosial mediamu. apakah kamu masih aktif disana atau aku benar-benar kehilangan pergerakkanmu. Benar saja. Tak ada lagi kehidupanmu di sosial media. Semua terhenti di beberapa bulan yang lalu. Wajarkah aku bertanya kini, apa kabarmu di sana? Di tempatmu? Apa kamu baik-baik saja dengan segala aktivitasmu yang begitu sibuk? Aku rindu kamu. Boleh tidak? Aku hanya menangkap beberapa fotomu yang diunggah klub mu karena kamu memang jarang sekali mengunggah di sosial media. Tampak disitu beberapa kegiatanmu. Mahadasyat aku ingin bertemu kamu. Aku juga membuka beberapa chat konyol kita yang masih tersimpan di sosial mediaku, termasuk pesan-pesan alaymu itu, pesan yang seolah kamu ingin menampakkan perhatianmu namun begitu norak tapi mampu membuatku tersenyum. Kangen :(  Kemudian setelah sekian lama aku mengintipmu dibalik layar sosial media aku tertidur, dan kamu tau, apa yang ...

Flash Fiction : Kita Sudah Berakhir?

Pagi  itu aku berniat hanya untuk mengucapkan "selamat berjuang comot. Semangat, Semoga sukses. Insyaallah Amiin" pada Rengga. Aku berharap, bahwa semua akan tetap sama. Semuanya seperti dulu. Tiada berkurang. Kamu adalah kamu yang aku kenal dulu. Setelah semua yang terjadi. Setelah semuanya memang salahku. Setelah mungkin kamu berpikir aku ini sudah menyia-nyiakan kamu. Aku tunggu balasan dari kamu. Tak butuh waktu lama. Kamupun ternyata membalas pesan singkat itu. Betapa rasanya hancur yang aku rasa. Remuk redam. Aku bodoh. Hinaku dalam hati. Aku membiarkan yang terbaik juga mungkin akan pergi sekarang. Aku telah menyia-nyia kamu yang tak sama dengan yang lain. Kamu yang punya cara berbeda untuk menjadikamu yang bisa kamu berikan ke aku. Tapi aku tak pahami itu. Aku sibuk membenci caramu yang justru itu cara terbaikmu mempersembahkan cintamu. Kamu yang lugu yang selalu bingung bagaimana mengungkapkan cinta, bagaimana bersikap yang diinginkan wanita biasa, kamu tidak pernah...

Kamu

Bahagia itu sederhana yaa... sangatlah sederhana seperti siang tadi. Entah beberapa hari ini aku mengharapkan kehadiranmu. Tapi yang ada hal itu berlalu tanpa jejakmu yang aku lihat. Secuil pun. Tapi siang tadi berbeda. Aku melihat punggungmu dari kejauhan. Aku menepis bahwa itu kamu. Mungkin aku hanya berharap itu kamu. Tapi aku salah, itu memang kamu. Iya itu beneran kamu. Aku melihat jelas itu memang kamu dan jarak kita semakin dekat. Hanya dua jengkal. Kamu tahu harapan bodoh apa aku siang tadi "sebut namaku seperti kebiasaanmu dulu. Ayolah kita berbincang. Aku rindu kamu. Kamu harus tahu itu". Ada hal paling dungu yang tak bisa aku hindari pertama, aku tak kuasa untuk menatap tajam matanya kedua debaran jantung yang menggila ini. Sial. Ternyata aku sesayang itu sama kamu. Padahal berkali-kali aku berusaha untuk mengelak dan menghindar, nyatanya aku semakin berdebar untuk siang ini. Anggaplah debaran rindu terdalam. "Sebut namaku. Panggil aku. Tersenyumlah padaku...

Cobalah Mengerti Sayang

"Jadi... kalau kamu kalikan ini dengan angka yang ini, kemudian kamu akar pangkat tigakan, lalu..." Rico pun berhenti menulis di papan mungil yang kini bertengger di ruang keluarga Anisa. Ia menarik nafas lalu menghembuskan sembari mengelus dada. "Anisa..." panggilnya, namun gadis mungil berambut panjang itu tak bergeming. sekali lagi ia menyebutkan nama anak itu dengan nada cukup tinggi, membuat Anisa mengadahkan kepalanya. "Ya? kenapa Rico?" tanya Anisa kalap kemudian mengucek matanya. "kamu menyimak yang aku ajarkan tidak?" tanya Rico sabar, Anisa hanya mengangguk pelan "paham?" "sedikit" jawab Anisa sedikit ragu. "Mau dilanjutkan?" tanya Rico lagi dan Anisa mengangguk. ---------------------------------------------- "Jadi, dari turunan persamaan ini maka..." Lagi-lagi Rico berhenti menulis di papan mungil itu, kali ini bukan karena Anisa tertidur melainkan gadis itu menginterupsi Ric...

Konflik

sebuah percakapan di senja hari, di sebuah taman. Tadinya aku sedang sendiri terduduk di bangku yang berada tepat di dekat danau. Aku sedang memandangi bebek-bebek yang sedang berenang beriringan di tepian danau. Sesekali aku tersenyum melihat tingkah polah mereka. Meskipun sebenarnya hati ini tak menentu sedang apa yang dirasakan. "kenapa lagi-lagi kamu duduk disini sendirian, Dera?" tanya suara cempreng. Tepat sumber suara ada di belakangku. "sedang galau" jawabku sekenanya. Mataku masih terpaku pada riakan air danau yang cukup jernih itu. "galau? kamu ada konflik dengan Rion?" tanyanya heran, ia mengambil posisi di sebelahku duduk dan menatapku tajam. Aku hanya menggeleng pelan "lalu?" Diam sejenak. Menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya, cepat, tetap, dada ini serasa sesak. Bukan karena Asmaku yang sedang kambuh, melainkan memang ada yang mengganjal di pikiranku selama ini. "konflik perasaan" jawabku singkat.  Aku...

Mimpi

Pagi buta. Sekitaran pukul lima subuh kurang beberapa menit aku terbangun dari tidurku yang cukup singkat menurutku atau menurut waktu normal. Hanya empat jam. Malam tadi aku terpaksa begadang, karena aku harus menyelesaikan laporan yang tumpukannya tidak bersahabat. Aku terbangun lantaran terdengar suara azan dari mushola yang tak jauh dari tempat tinggalku. Dengan langkah sempoyongan dan mata masih mengantuk, aku menuju kamar mandi untuk berwudhu. Ketika kubuka kerannya, air yang mengalir dingin. Se dingin es. Membuat mataku yang tadinya mengantuk tiba-tiba melek. Segera aku ambil air wudhu lalu solat kemudian aku berdoa. Sehabis itu aku berpikir sejenak. Mimpi apa aku semalam? Aku memimpikan tentangmu lagi. Untuk kesekian kalinya aku bermimpi tentangmu. Bukan mimpi yang indah. Seperti yang kita rajut selama ini. Semalam aku bermimpi, aku bertemu kamu di sebuah gedung tua. Di mimpi itu, aku sedang duduk termenung menunggu kehadiranmu. Kamu berjanji padaku, kamu akan pulang dan seger...

Rinduku kepadamu

Aku menelusuri gang sempit ini. Gang yang belum di aspal dan masih penuh lubang sana sini. Bila hujan turun lubang itu akan dipenuhi oleh air dan akhirnya membentuk kubangan. Apalagi di musim penghujan saat ini, jalanannya pasti becek. Seperti sore ini. Sedari pagi hujan turun dengan deras, dan baru sekitar tiga  jam yang lalu hujanpun mulai berkurang, dan baru sore ini hujan benar-benar berhenti. Aku melangkah penuh hati-hati, agar tanah basah ini tidak keciprat ke celana yang sedang aku kenakan.Hari ini aku kuliah dari pagi sampai sore, dan benar-benar melelahkan, walaupun hanya duduk dan menyaksikan dosen menyampaikan materi. Di sebuah tanah lapang, aku melihat beberapa anak-anak sedang berkejar-kejaran, ada yang sedang bermain kelereng, dan ada beberapa ibu-ibu yang sedang mengejar anaknya, untuk memberikan sesendok nasi ke si anak. Aku berhenti sejenak dan memperhatikan pemandangan itu. "Jadi kangen ayah sama bunda" gumamku. Aku tegang mematung dan teringat akan masa b...

Tiga Permohonan

Deru ombak. Gulungannya begitu apik kemudian mengalir dan membasahi kedua kakinya. Ia membiarkan pasir-pasir itu seolah berjalan menyeretnya sedikit demi sedikit ke tengah laut. Dia tetap pada posisinya diam . Kedua lengannya bersedekap. Sementara, langit yang tadi biru, kini berubah menjadi Jingga. Matahari sebentar lagi akan terbenam dan akan berganti malam. "NABILA" teriakku yang sedang berlari kecil ke arah gadis itu. Ia menoleh ke araku. "kamu sedang apa?" tanyaku saat tiba di dekatnya. ia menggeleng. Posisinya tetap pada keadaan semula. "Aku sedang menatap ombak yang sedang berkejar-kejaran" jawab Nabila sekenanya. "Tapi hari mulai senja, Nabila. Sebentar lagi langit akan gelap. Kamu butuh istirahat" ucapku memperingatkan. "Aku tahu, aku akan tetap disini menanti matahari benar-benar terbenam. Ini hari terakhirku disini"  "Nabila..." ucapku lirih. Airmatanya mengalir begitu saja. Bekas airmata sebelumnya terlihat j...

Letih

Aku capek dengan semuanya. Aku capek dengan kerjaanku, aku capek dengan hobby ku, aku capek dengan orang-orang di sekitarku, aku capek dengan hidupku dan aku capek! Terutama aku capek menghadapi kamu! Kamu yang nggak bisa sedikit lebih dewasa dari aku. Kamu yang semaumu saja. Kamu yang dengan duniamu saja. Aku rasa lagu yang aku sedang aku putar sekarang, benar-benar menggambarkan tentang betapa letihnya dan capeknya aku menghadapai kamu! Aku capek dengan skenario yang kita buat!  Ya.... iya itu yang aku rasakan. Seolah-oalah aku ini cuma ban serep bagi kamu. Aku ini bukan apa-apa. Toh aku dan kamu cuma terikat status. status di jejaringan sosial tepatnya Tapi hati kamu kemana! Hati kamu sama sekali tidak untuk aku. Kamu-- 'greeeeg....greeeegg...greeeeeg' benda mungil itu bergetar untuk kesekian kalinya. Tapi tampaknya kali ini ada pesan masuk setelah sembilan panggilan tak terjawab "Rio" gumamku. Aku melirik benda mungil itu, melihat ke layar LCD tapi aku masih tid...

Ini Bukan Judul Terakhir

Mengetik beberapa patah kata, kemudian menghapusnya kembali. Kemudian mengetik lagi dengan kata-kata yang baru dan setelah aku pelototin lama, aku hapus kembali. "arrgghh..." desahku. Aku melipat laptopku dan menyandarkan punggungku di sofa yang aku duduki. Aku manyun menatap laptop hitam itu. " A cup of mocca is coming " ujar Ayu dan ia meletakkan secangkir mocca untukku itu tepat di sebelah laptopku dan ia mengambil posisi duduk tepat di sebelahku. Lalu ia menikmati susu coklat hangat buatannya sendiri. "Kenapa? Udah kelar nulis nya?" tanya Ayu lalu ia meletakkan cangkirnya di sebelah cangkirku. " Stuck ! Aku kira kemampuan menulisku udah diambang kematian dan aku putuskan ini judul terakhir yang aku buat, setelah ini nggak akan muncul lagi novel baru yang ditulis oleh Tata Latifa" ujarku. "Yakin nggak akan menulis lagi? Padahal selama ini novelmu selalu laris di pasaran, apa ini karena Yoga?" Tanya Ayu hati-hati. Aku terdiam. ...

Kalau Odol lagi Jatuh Cinta

Suatu malam, Sikat gigi berwarna Pink, sedang berbincang dengan Odol "Kalau bulan pasangannya siapa?" tanya Odol pada sikat gigi "Bintang" jawab sikat gigi singkat. "Kalau amplop?" tanya Odol lagi. "Surat" jawab sikat gigi. "kalau Sendok pasangannya siapa?" Odol bertanya lagi. "Kalau sendok pasangannya garpu, hayo apa lagi?" tanya sikat gigi balik dan Odol diam sejenak "kalau aku pasangannya kamu, karena aku sayang kamu" Ujar Odol. Sikat gigi dengan cueknya berkata " GR kamu! Siapa bilang aku pasangannya kamu" Odol yang terlanjur menyatakan perasaannya jadi malu sendiri "Kan... kan.... udah jadi kodrat nya Sikat gigi pasangannya odol" Odol pun ngotot dengan jawabannya. "Iya memang, kata orang-orang odol pasangannya sikat gigi tapi bukan berarti aku pasangannya kamu" jawab sikat gigi santai. "ja...jadi sama siapa?" tanya odol. Ada rasa kecewa dan malu karena ternyata ...

Merindukanmu itu Seru!

"kamu kangen aku nggak ?" Raka bertanya di telepon. Lalu aku menjawab " nggak " singkat. Padat. Jelas. Tapi itu semua bohong. Aku benar-benar kangen kamu, Raka. Lirihku dalam hati. "yahh... kalau nggak kangen, berarti aku akan disini, sekitar, lima sampai enam tahun lagi" jawab Raka santai. Dia tahu aku pasti bohong. Dia hapal betul siapa aku. Aku memanyunkan mulutku, yang pasti tak terlihat oleh Raka "kalau gitu kamu akan membiarkan aku terus, terusan jadi perawan tua" candaku dan Raka cekikikan. "walaupun tua, rasa sayang aku sama kamu kan nanti dibawa sampai kita kakek nenek nanti" "gombal" aku pun tersipu malu "kapan pulang?" tanyaku. "katanya nggak kangen?" Rakapun membalikkan ucapanku sambil cekikikan. "aku bukannya kangen lagi, sayang, tapi sangat merindukanmu" jawabku lirih. "Aku juga. Pokoknya, kamu tunggu aku ya... aku pasti pulang" Janjinya padaku. Setelah mengucapkan...

Tentangmu Yang Selalu Manis

Sedang memegang secangkir kopi yang masih mengepul menuju jendela. kemudian membuka jendela itu. Menghirup udara basah dan memandang dengan tatapan yang tiada bertitik. Malam ini hujan turun rintik-rintik, hanya tuk sekedar membasahi tanah yang kering. Hanya tuk sekedar turut merasakan apa yang aku rasa. Aku menyeruput kopi itu, kemudian meletakkan cangkirnya di pinggiran jendela. teringat akan pembicaraan di telepon. "sayang, maaf ya. Hari ini aku lembur, jadi sepertinya aku membatalkan janji ketemuan kita. Nggak papa kan? " Aku cuma bisa menghela napas dan mengangguk pelan sambil berkata lirih "aku mengerti sayang. Ya.... kamu take care ya... jangan sampai kecapekan." "By the way, Happy anniversary ya... my princess. Love you. maaf baru ngucapin sekarang, lewat telepon pula. Harusnya kan, malam ini kita Dinner " " Okay, no problem , aku tahu kamu sekarang sibuk. love you too . Thanks "aku sudah memutuskan line teleponnya. Kecewa, kesal,...