Nine days part 14

Setengah sadar setengah tidak aku melihat beberapa berganti pakaian dan awalnya aku ikutan, dan ternyata mereka bukan untuk berganti pakaian tapi untuk mengantri untuk naik kereta. Halaahh,…. Rasanya gondes. Aku tidak jadi berganti pakaian dan berlari menuju tempat menunggu bis itu. Tanpa sadar lagi, aku membawa tas ranselku yang super gede itu. Aku ngapain sih? Hahahahah. Aku naik kereta dan memangku tas itu, kebagian duduk paling depan lagi. Setelah itu turun dan segera ke toilet dengan menyeret Zella untuk menemaniku. Tadi di bus aku sempat memakai jeans dan ternyata tidak jadi terpakai jadinya setengah-setengah, kaki jeansnya nongol-nongol dari bawah rok, makanya aku ke toilet buat ngelepasin jeans.
Aku dan Zella segera bergabung dengan yang lainnya, ehh ternyata… mereka udah duluan berfoto ria. Ketinggalan deh. Hehe. Setelah puas merasakan segarnya udara dan aroma khas belerang ditambah bau kotoran kuda, aku, Marina, Diba, Melvi, dan siapa lagi itu pergi ke mushala untuk shalat asar. Setelah itu aku dan Marina ketinggalan rombongan. Jadilah kami berdua keliling toko untuk melihat cendera mata, mana tau ada yang unik. Merasa tidak ada yang special akhirnya kami memutuskan untuk berfoto ria dekat palang lokasi (gak jelas banget) setelah itu kami menemukan rombongan yang lain, ternyata mereka keliling mencari oleh-oleh buat Tita, baiknya. Hehe. Abis itu pulang dengan kereta wisata lagi menuju bis.
Agenda yang gak disangka-sangka, ternyata kami langsung menuju ke ciater. Tempat pemandian air panas. Kalo tau begini mending bawa baju ganti. Seharusnya bilang-bilang dulu. T.T. selama di bus aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja tidak ikut berendam. Tapi imanku tergoda. Akhirnya aku ikutan nyemplungin kaki di kolam yang kecil. Tidak hanya itu, aku juga masuk ke air terjun jodo, yang air mancurnya cukup gede, banyak bebatuan. Tidak lupa kami mengabadikan momen tersebut menggunakan kamera.
Tiba-tiba lusi mengusulkan untuk berendam. Aku menolak, aku tidak membawa baju ganti dan lagian hari mendung, magrib dan sebentar lagi bakal turun hujan. Jadilah Marina, Uci, Eka, Mia, Fiqih dan Tyo berendam. Aku dan Zella bersama beberapa yang lain kembali menuju bis. Tidak berendam saja bajuku basah, apalagi berendam? Hujan mulai turun dengan deras. Aku berencana mengganti baju di bus. Tapi rencana gila itu aku urungkan atas saran Zella. Lagi-lagi pedagang kaki lima masuk ke dalam bis dan mulai menjajakan barangnya “dek… dodolnya. Lima dua puluh ribu” aku tolak kemudian ia datang lagi dan bilang “dek dodolnya tujuh dua puluh ribu murah, Cuma buat adek” aku tolak lagi dan dia datang lagi. Aku mulai suntuk dan aku hanya menunduk. Masih juga ditawarkan. Aku jadi geram. Zella pun keliatannya mulai tidak suka. Sebab orang yang menawarkan barang itu-itu aja. Ternyata Putri dan Emil membeli barang jajanan abang-abang itu.
Aku bertanya “mil, kau beli dodol yo?” emil menjawab “iya… aku beli dua puluh ribu” dan Zella menjawab “eeelah. Kau tu keno tipu mil, isinyo Cuma dikit, kecil-kecil pula. Mending kau beli di tokonyo” dan jeng…. Jeng…. Jeng….. Emil merasa kesal sendiri. Mulailah, anak-anak semacam Angga, Hafiz, Radit bernyanyi “aku tertipu, aku terjerat aku terperangkap muslihatmu” kemudian mereka tertawa. Emil berkata “eee… ngapo dak kau bilang dari tadi sih?” terus aku sama Zella jawab “gak enak dong, bilangnya dekat mas-masnya” dan ikutan tertawa. Sepanjang perjalanan Emil bermuka masam. Dia membagi-bagikan dodol itu ke anak-anak, tapi gak ada yang mau. Hahaha.
Well, akhirnya tiba di penginapan lagi. Di kamar, mulai, Mia mondar mandir “haduh… aku demam… haduh aku panas…. Haduh…. Aku mau pulang…. Haduhh aku nyesal ikut berendam….” Dsb. Ia langsung ganti pakaian dan membaringkan tubuhnya di ranjang. “haduuhh… aku mau bye-bye fever, ada gak?” diambilkanlah bye-bye fever oleh siapaa waktu tu aku lupa. Terus aku minta satu. Kayaknya aku kena demam juga. Bodohnya, setelah itu aku lupa meletakkan sisa bye-bye fevernya. Jadilah aku tanyakan lagi sama seksi kesehatan, mereka kesal. Akhirnya aku mengurungkan niat.
Aku, Uci, Zella, Diba, Ira, Tifanni dan dkk pergi menuju laundry untuk mencuci pakaian basah. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ditemukan juga laundry itu. Tapi malangnya ibu-ibu itu bilang baru bisa di ambil hari Senin. Lucunyaa…. Kami membutuhkan kain itu besok dan akhirnya kami berjalan lagi dan bertanya pada pak polisi sekitar, gak jauh dari penginapan “pak… tempat ngelaundry dimana ya?” tanyaku. Kata bapak itu “laundry? Jauh dek, kamu ke bawah terus naek angkot ke Geger Kalong” ( kalo gak salah) Terus temen bapak itu nanya “Tanya aja sama pengurus penginapan kamu, emang nginapnya dimana?” dan kami menjawab “hotel setiabudi” dan…. Jeng….jeng,.,… polisi dan temannya berwajah….. sedikit takut ato apalah. Pokoknya mengekspresikan wajah agak gimana gitu.
Akhirnya karena malas berjalan, kami kembali ke laundry kecil-kecilan punya ibu-ibu tadi. Heheh, ternyata ibu itu menyanggupi permintaan kami. Setelah membuat dealing kami kembali ke penginapan. Ambil makanan di kamar Melvi, membayarnya lalu makan. Tiba-tiba Wiang (widya anggraini.red) histeris. Hape nya hilang ketika di charge di kamar. Kamarpun dibongkar dan akhirnya ketemu, terselip. Wiang yang udah menangis ditambah lagi di jendela kamarnya seperti ada yang mengetuk. Yang ada di kamar itu jadi ketakutan sendiri. Mereka berlari keluar dan memutuskan untuk tidak tidur di kamar itu.
Malamnya, kami semua dikumpulkan karena masalah ini. Mulailah pak Wanto berbicara, dan ada alumni juga. Setelah masalah ini selesai, giliran alumni yang berbicara. Bercerita tentang pengalaman ketika masuk Universitas sampe pesan dan kesan dan apalah. Kulihat beberapa dari mereka udah pada ngantuk. Kayak Dimaz sudah tertidur, Bule juga, Zella, udah tidur dengan gaya polisi tidur, Tyo, Eka, Uci dll. Aku foto deh gaya tidur mereka satu-satu. Hahaha. Adalagi Fiqih yang kayak ibu-ibu tukang cuci memasang koyo di kedua jidatnya, Emil yang kayak tim sars pake masker buatannya yang terbuat dari saputangan yang naudzubillah, gak pernah dicucinya selama studytour. Dan aku sendiri memakai kain pantai, ehm, yang aku sebut taplak meja sebagai pengganti jilbab yang kata Radit “kayak suzanna, andai saja aku abadikan” sambil ngakak dengan Emil. Setelah selesai semua bahagia dan ingin cepat-cepat tidur.
Tok…tok…tok….
“selpii….” Ternyata ada yang mengetuk pintu sesaat aku menutup pintu “apa?” jawabku dari dalam. “minjam balsam” jawab suara itu ternyata suara Emil. “tunggu bentar” aku mencari-cari balsemku dan tidak ketemu “gak ada mil”. “tuh… yang ketinggalan di sandal balsem siapa?” tanyanya lagi. Aku ngakak. Ternyata aku meninggalkan balsemku di sandal “ohh… yaudah pake aja”. “sendalnya?” Tanyanya lagi. “taruh aja di luar” jawabku. “makasih selpi” kata Emil lagi. Dan setelah shalat tidur.

Comments

Popular posts from this blog

Review Wahana Internsip Dokter

Chapter 10 : Koass Stase Obgyn

koass Stase Bedah : Bedah Lucu, Bedah Bahagia, Bedah Ceria