Nine days part 3
Tibalah saatnya. Hari yang dinantikan. Sabtu,20 Maret 2010, pukul 07:00 WIB. Aku sudah berangkat dari rumah menuju sekolahku tercinta. Aku membawa tiga tas. Yang pertama koper, yang kedua tas punggung dan yang ketiga tas untuk meletakkan segala barang berharga. Oh iya, aku dan zella mendapatkan bangku urutan 33-34. Marina dan Lusi, Mia dan Diba, serta Eka mendapatkan bangku di depan dan berdekatan. Sementara, aku dan Zella, Putri dan Fika, Fiqih dan Tyo duduk di barisan sedikit ke tengah dan berdekatan. Sementara Emil dan Hafiz serta Ezar mendapat urutan paling belakang.
Setibanya aku disekolah, kulihat lapangan sudah ramai sekali dengan koper-koper dan juga bantal. Bus yang ditunggu belum datang, karena memang dijanjikan berangkat pukul 08:00 dan waktu aku tiba di sekolah baru pukul tujuh lewat sedikit. Sekitar pukul 8 lewat sedikit, busnya belum juga tiba. Aku dari tadi bolak balik ke wc, karena takut di jalan tidak sempat buat buang air kecil. Panitia sudah sibuk melobi agency dan meneriakkan “yang rombongan ke Bali sebelah kiri saya dan rombongan ke Jogja sebelah kanan saya” dan sekitar pukul 8:15 bus untuk rombongan ke jogjapun tiba. Kami berduyun-duyun ke bus meletakkan koper. Saat masuk ke dalam bus, ternyata issue yang disampaikan dua hari yang lalu itu benar, bus nya hanya untuk 44 orang, dan tanpa WC. Memang, jumlah bangku nya sekitar 48 bangku, tetapi susunannya sudah sangat dipaksakan dan akhirnya jarak bangku satu dan bangku lain sangat dekat dan urutan bangku yang semula sudah direncanakan hancur berantakan dan akhirnya kami mengambil bangku sembarang.
Kami keluar bus dan protes ke kepala sekolah. Sayangnya kepala sekolah merasa tidak ikut bertanggung jawab dalam hal ini dan kami sedikit kecewa dan akhirnya menerima keadaan tersebut. Setelah pelepasan dan pembacaan doa yang dipimpin oleh kepala sekolah akhirnya “the amazing journey is starting”. Aku pamit ke mama dan papaku sementara adikku baru saja diantar ke kotabaru karena akan try out disana. Ternyata tidak sedikit yang menitihkan air mata saat melambaikan tangan ke orangtua masing – masing dan buspun berangkat. Saat itu, rombongan Bali belum juga berangkat karena bus mereka belum tiba dan mereka melambaikan tangan kearah kami dengan muka berharap bus mereka cepat datang.
Comments
Post a Comment