Nine days part 2
Semenjak itu, mulailah kami menghitung hari. Kami sudah tidak sabar untuk berpetualang dan menambah informasi tentang universitas favorit. Tapi sayangnya, pada saat itu aku tidak mendapatkan pasangan duduk. Aku sempat merasa tidak nyaman, namun ternyata, Eka memutuskan untuk tidak pergi karena tidak diizinkan orangtuanya, padahal ia sudah menabung jauh-jauh hari demi keberangkatan ini. Disaat yang bersamaan Zella yang semula tidak ikut akhirnya diizinkan orangtuanya untuk pergi dan Zella menjadi pasangan dudukku. Mia tidak mendapatkan pasangan. Kami mulai mengajak beberapa teman dekat kami yang tidak sekelas dengan kami, dan akhirnya Thoyyibah masuk dalam rombongan. Masalah tidak hanya sampai disitu, dan ternyata Eka, mendapatkan izin dari orangtuanya, dan ternyata bangku yang kosong sudah terisi semua dan Eka mengurungkan niatnya. Tapi kami tidak putus asa. Kami memohon, dan ternyata ada seorang peserta yang mundur dan akhirnya Eka mendapatkan bangku itu.
Ketua panitia, Arum, sering bolak balik ke kelas untuk memberikan informasi terkini tentang rencana study tour. Ternyata selain rombongan kami yaitu rombongan Jogja, ada lagi yang akan melaksanakan study tour ke Bali yaitu rombongan ipa4. Perlu diketahui bahwa sebelumnya, rombongan ipa4 sempat terjadi salah paham dan sedikit terjadi emosi dengan ipa1, rombongan yang mengajak kami, karena tidak diizinkan ikut dalam perjalanan. Mungkim wajar saja tidak diizinkan, karena dalam rencana, ipa1 hanya menyediakan satu bis dan tidak akan menambah kembali. Tapi untunglah hal tersebut dapat terselesaikan, karena ipa4 akan berangkat dengan agency yang sama namun tujuan berbeda. Kami juga membicarakan masalah kelompok. Tujuannya, nanti disana, jika sedang di tempat wisata, mudah melobi karena ketua kelompok yang bertanggung jawab. Sialnya aku menjadi salah satu ketua kelompok dari tujuh kelompok yang ada.
Sungguh, dua bulan itu, dua bulan penantian. Kami mulai mengisi surat izin orangtua, kami mulai menyusun barang apa saja yang akan dibawa dan kami mulai menghayalkan apa saja yang akan dilakukan disana setelah kami membaca route perjalanan. Namun untuk mencapai hari H ada saja kabar yang menghambat rencana kami. Mulai dari surat izin yang hilang, jumlah peserta yang kurang dan diharuskannya kami membayar bangku yang kosong, surat kaleng yang ditunjukkan ke kepala sekolah atas nama salah satu wali murid rombongan ke Bali dan tibalah dua hari sebelum hari H. kami mendapat kabar bahwa bus yang akan kami tumpangi sudah dibawa oleh rombongan yang akan menuju ke Solo dan bus yang tersisa hanya mempunyai 44 bangku. Tentu saja kami marah dan kecewa. Perjanjian awal dengan agent, bahwa bus itu berbangku 48, berarti lebih besar. Namun ternyata itu hanya issue belaka.
Sehari sebelum hari H, travel Agent datang. Rombongan kami, rombongan ke Jogja, dan rombongan ipa4, ke Bali, disuruh mengadakan pertemuan di audit. Kami melakukan Tanya jawab, menanyakan hal yang kemungkinan terjadi, dan sebagainya. Sebenarnya dalam hati aku tidak puas dengan perbincangan tersebut, tetapi ya sudahlah, besok itu hari H dan segala keperluan sudah disiapkan bahkan dua minggu sebelum hari H. Kami sudah membeli perlengkapan yang akan dibawa jauh-jauh hari sebelum berangkat. Seperti akan pindahan rumah saja, tapi itulah adanya.
Comments
Post a Comment