Nine days part 18 : Last Journey
Terdengar dari kejauhan suara band Indonesia, semacam UNGU, The Changcuters, atau penyanyi Indonesia lainnya yang kebetulan gue lupa namanya. Sekitar nyaris pukul enam akhirnya bis berangkat. Petualangan akan segera berakhir dan kami akan dihadapkan dengan realita anak sekolah. Ternyata kami berhenti untuk sholat Maghrib dan jama’ qasar Isya tak jauh dari Marina Beach. Disini selain sholat, kami juga makan malam. Oya, pas lagi mengambil wudhu tak sengaja kami melihat tulisan berlafaskan Allah di dekat bulan. Pada saat pengambilan air wudhu yang kebetulan mengantri ini, Lusi dikesalkan dengan titipan tas yang tidak bertanggung jawab. Pokoknya dari menunggu orang-orang kembali ke bis sampai sebelum sholat, kami yang cewek-cewek (DISCO) sedikit beremosi. Tapi untunglah cepat mereda. Oya,n Ada satu objek yang sepanjang perjalanan menjadi topic pembicaraan kami sekelas dan itu rahasia, sebut saja Hopefully dan tak perlu dibicarakan karena memang kami suka membuat cerita yang agak nyentrik (objeknya juga gak kalah nyentrik you know).
Setelah semua urusan selesai, akhirnya kami benar-benar meninggalkan ibukota Negara Indonesia tercinta ini. Sepanjang perjalanan kami menceritakan wahana-wahana apa saja yang kami naiki. Keseruan apa yang kami dapatkan dan tahukah kalian, tiga lelaki yang mabok akibat kora-kora tadi ternyata malah naik wahana Kicir-kicir yang putarannya melebihi kora-kora. Sementara aku dan Marina yang mereka tinggalkan tergondes dria dengan wahana perang bintang yang krik.krik abis. Aku dan Marina mendumal kesal. Letih yang kami rasa, akhirnya satu per satu dari kami tertidur hingga pelabuhan dan lautan pun kami lalui. Kami tiba di Lampung.
Aku terjaga dari tidurku ketika bis berada di lampung. Cukup kaget karena bis ini berada di perbatasan Lampung-Sumsel. Itu berarti, lama juga aku terlelap. Hingga disini gak ada lagi cerita menarik yang bisa diceritakan. Kebetulan tak banyak pula kejadian yang aku ingat saat perjalanan pulang. Semua datar-datar saja. Hingga keesokkan harinya Kami berhenti lagi di pagi-sore untuk makan. Ezar yang berfikir “ini adalah trip terakhir dan terakhir untuk membelanjakan uang, akhirnya ia memesan dua porsi makanan. Yang pertama nasi goreng dan yang kedua nasi padang.
Setelah selesai, aku bertukar tempat duduk dengan Hafiz. Aku duduk di sebelah Emil dan Hafiz duduk di sebelah Zella. Perjalanan dilanjutkan hingga malam pun tiba. Aku kembali tertidur. Hingga pada akhirnya kami tiba di depan terminal Alam Barajo. Tepatnya gak jauh dari komplek rumah Fiqih. Kami sudah hampir tiba di Jambi. Kalo gak salah, waktu itu aku membangunkan Emil dan memberitahunya bahwa kami sudah berada di Jambi luar kota. Semua pada siap-siap begitu pula aku. Tiba di depan LP, aku menelepon kedua orangtuaku, minta tolong dijemput maksudnya.
Waaahh… sekitar pukul 22.00 wib akhirnya kami tiba di depan sekolah kami tercinta. SMAN 1 KOTA JAMBI. Di depan sekolah sudah rame sekali. Semua orangtua di dalam bis ini mengharapkan kedatangan kami. Aku mengambil barang-barangku dan membawanya ke mobilku. Hari-hari yang melelahkan. Hari-hari yang penuh petualangan dan cobaan. Hari-hari penuh emosi, canda tawa, suka duka. Perjalanan ini akan aku ingat dan akan tetap menjadi kenangan.
Comments
Post a Comment