Posts

Showing posts from February, 2014
Hari ini wisuda ke 111. Bukan bukan gue yang wisuda kakak kelas gue. Gue tahun depan . Amiin. :" :" . Jadiii... sore kemaren gue lagi asyik liatin foto-foto mereka. Yaaa walaupun wisuda ini adalah sesuatu yang belum apa-apa buat jurusan gue kenapa? Iyaa karena cuma gelar s.ked nggak tau deh bakalan keterima jadi apa. Mau buka praktek? Yang udah koass aja sekarang susah bener mau dapat nambahin dr. Di depan namanya *ya Allah permudahlah jalan selvi* yang udah dapat dr. Aja masih susah dapat ijin praktek *ya Allah permudahlah jalan selvi* apalagi yang cuma gelar s.ked? yang keterampilan masih 0. Iyasih kita udah diajarin ini itu. Tapi sama manekin. Boneka. Bukan manusia hidup. Terus? Lo pikir jago dimanekin pasti jago kalau dipraktekin di manusia? Belum-belum tentu. Tapi seharusnya sih gitu. Tapi g eeratus persen kenyataannya seperti itu. Nah galau. Jadi wisuda itu belum apa-apa. Cuma nandain kuliah dasar lo udah kelar. Sekarang saatnya lo merasakan dunia nyata. Tapi woles aja.
Kalian tau... untuk merasa nyaman dengan orang itu susah. Untuk bisa percaya dia sepenuhnya, tertawa bersama, berbagi cerita dan bersedia menjadi pundak untuk berkeluh kesah itu nggak gampang. Iya aku tau, cuma Allah dan keluarga kita yang sanggup setia seperti itu. Maksud ku, kadang kita butuh juga teman untuk berbagi. Aku hampir hilang kepercayaan untuk berbagi dengan teman seperti itu. Apalagi temannya berlawanan jenis dengan aku. Rasanya, hampir-hampir aku ingin memberi label mereka "buls*it" cuma bisa memberikan janji ini itu. Meyakinkan bahwa bisa dipercaya atau tidak akan menyakiti nyatanya? Apasih yang mereka mau? Apakah sih yang ada di otak mereka? Mereka awal memberikan janji bisa berkomitmen, mau untuk konsisten . Nyatanya? Sampah kalo bisa aku bilang semua janjinya. Kalian bisa bayangkan, sebuah konsistensi hancur gara-gara sebuah perasaan . Komitmen bisa buyar gegara keinginan. Katanya kalian manusia berotak yang melakukan apapun dengan logika. Kalian selalu ma
Tadi lagi rame ngomongin masalah kompre. Koass. Skripsi. Oke. Semuanya masih desas desus lantaran kakak 2010 baru selesai yudisium dan banyak terjadi perubahan. Mulai dari skripsi yang katanya dosennya ditentuin. Yang kompre katanya menjadi syarat buat koass yang koass katanya nggak bisa milih grup lagi ditentuin juga. Jadi... intinya hidup ini ditetukan nasib bukan karna kita yang memilih hoaaaam. Jadi udah pada ancang-ancang mau skripsi kan sebentar lagi. Udah diajakkin untuk ambil stase yang sama. Oke baiklah nanti saya mau cari referensi dulu. koass. Tadi ada yang bilang : "A ntar koass bareng aku ya kalo pilih sendiri" blabla sampe aku akhirnya ditanyain "Sel, kau koass bareng siapo samo rombongan kau?" Aku angkat bahu pas ditanya cuma jawab " haha mungkin enggak tapi nggak tau juga. Aku sih terserah aja yang penting bisa kooperatif. Enggak ngacipin aku" " kalo gitu sama kami bae. Aku lagi nyari yang pinter jugo buat masuk grup aku" C
Kalaulah memikirkan seseorang melebihi Mu itu haram, bantu aku untuk melanjutkan hidup tanpa ada perasaan apapun lagi padanya. Karena sesungguhnya, dia sudah menjadi racun dalam benakku. Terus menghantui tanpa sedikitpun aku tau seperti apa perasaannya ataukah perasaan itu memang sudah tidak lagi untukku. Kalaulah ternyata dialah suratan ku, biar nanti saja terungkapnya ketika waktunya tiba. Aku enggan untuk terjebak lagi, terperangkap dalam sikap yang salah. Terlalu memperhatikan di saat yang tidak tepat, di saat aku bukan siapa-siapa. Aku bukan muhrimnya. Pelihara rasa sayang ini ya Allah kalau memang dia jalanku, tapi jangan buat dia jadi racun dalam benakku. Hilangkan rasa yang berlebihan ini ya Allah, kalau memang dia bukan jalanku
Apa yang disebut gagal move on? Kalo aja masih liat akun yang bikin patah hati. Terus nyesek sendiri liat akunnya. Itu bener-bener enggak enak banget. Ini bukan masalah cecintaan. Ini masalah aku yang gagal berangkat ke Makassar <\3. Sedih juga bahkan enggak bisa menyaksikan karya kami bakalan juara <\3 dan makin patah hati gara-gara kealpaan aku untuk hadir diacara itu ternyata awal mula petaka. Awal mula kehilangan semangat teman-temanku. Maaf kaaaaan maaf kaaaan aku atas ketidakbisaan karya kita untuk dipresentasikan disana. Hmmm... tapi yasudahlah. :"( aku harus bisa bikin prioritas. Aku masih punya dua tanggungan lagi sama teman-temanku dan salah satunya aku jadi ketua dan ini adalah mimpi kami. Mimpi untuk meloloskan penelitian ini sampe akhir sampe nasib yang paling baik. Emas! Mungkin nia bilang, waktu tau kita lolos ke Makassar aku udah ngebayangin ini adalah tim terbaik sepanjang masa ku. Aku akan mengabadikan foto kita bertiga di pantai losari dan akan aku beri

Kepingan yang Masih Ada

Ini memang kesalahan fatal yang seharusnya takkan lagi terulang. Sisakan trauma yang mendalam yang aku yakin akan membekas. Letih dengan kondisi seperti ini. Letih memahami watak yang tak sejalan dengan logika. Tapi kita masih punya tugas yang terlanjur diamanahkan. Ini bukan beban tapi tantangan. Pernah ingat ini adalah mimpi? Pernah ingat apa yang telah dikorbankan untuk ini? Akan dibawa kemana dua proyek yang belum ada apa-apa ini? Sementara hibahan dana akan segera turun. Apa yang akan kita pertanggungjawabkan? Masih adakah semangat kita diawal? Ini bukan ambisi tapi kita hanya sekedar cari pengalaman. Jika satu jiwa semangat luntur, bagaimana dengan jiwa-jiwa yang lain? Apakah harus terkorbankan? Api yang dulu masih harus tetap dinyalakan. Biar semua nya ikut terang. SEMANGAAAAT!

pfft :(

Kadang orang merasa selalu benar sendiri. Itu manusia. Saya pun juga.Kadang orang selalu mengira sudah berusaha dan sendirian. Lantas? Yang lain? Enggak mengerti lagi. Yang susah itu apa? Mendengarkan. Iya. Dari awal mereka susah untuk mengartikan apa yang dulu saya ucap. Apa yang dulu saya rasa. Betapa berat saya untuk memulai. Mereka enggak ngerti. Mereka mengerti bahwa mereka mampu dan punya ambisi. Tapi saya adalah orang yang selalu menggunakan insting disetiap tindakan dan mereka tidak mau mengerti itu. Sampai saya menjadi sulit untuk menjelaskan kenapa awalnya saya sulit untuk memulai? Dari awal saya sudah memperhitungan semuanya. Tanggal. Kemampuan finansial tetapi mereka terlalu berambisi. Lantas? Yang saya punya tinggal semangat. Dari dulu saya sudah ditempa guru SMP saya sebagai penyemangat dan pengingat untuk tim saya yang lain. Saya bukan pesimis tapi saya tau seberapa besar kemampuan saya dan saya yang tau apa kelebihan dan kelemahan saya. maka kenapa dari awal saya rasany