Letih

Aku capek dengan semuanya. Aku capek dengan kerjaanku, aku capek dengan hobby ku, aku capek dengan orang-orang di sekitarku, aku capek dengan hidupku dan aku capek! Terutama aku capek menghadapi kamu! Kamu yang nggak bisa sedikit lebih dewasa dari aku. Kamu yang semaumu saja. Kamu yang dengan duniamu saja. Aku rasa lagu yang aku sedang aku putar sekarang, benar-benar menggambarkan tentang betapa letihnya dan capeknya aku menghadapai kamu! Aku capek dengan skenario yang kita buat!

 Ya.... iya itu yang aku rasakan. Seolah-oalah aku ini cuma ban serep bagi kamu. Aku ini bukan apa-apa. Toh aku dan kamu cuma terikat status. status di jejaringan sosial tepatnya Tapi hati kamu kemana! Hati kamu sama sekali tidak untuk aku. Kamu--

'greeeeg....greeeegg...greeeeeg' benda mungil itu bergetar untuk kesekian kalinya. Tapi tampaknya kali ini ada pesan masuk setelah sembilan panggilan tak terjawab "Rio" gumamku. Aku melirik benda mungil itu, melihat ke layar LCD tapi aku masih tidak ingin menyentuh benda mungil itu. Aku melanjutkan tulisanku.

Hening

"Sampai mana aku menulis tadi? Arrrgghh... ini semua gara-gara Rio!" Aku mendumel kesal dan menghempaskan tubuhku ke kasur.

menarik nafas panjang dan menghembuskannya, lalu memejamkan mata sejenak 'kenapa Rio harus baik sama aku. Kenapa Rio akhirnya memperlakukan aku seperti itu? kenapa Rio kenapa Rio terus yang ada dipikiran aku?' pertanyaan itu yang selalu berputar di benak aku. Akhirnya aku menggamit benda mungil yang sedari tadi bergetar. Benar saja sembilan panggilan tak terjawab itu adalah Rio dan satu pesan dari nya baru aku baca.

Kmu kmna? knp telpon g diangkat? kmu bwt aku cemas.

Sender : Rio
Kamu selalu mecemaskan aku. Kamu selalu bertanya sedang apa? dimana? sama siapa? tapi kenapa kamu tidak pernah bertanya, hatiku ini untuk siapa?

Ditulis 558 kata
Oleh Shelvia Chalista

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review Wahana Internsip Dokter

Chapter 10 : Koass Stase Obgyn

koass Stase IKK-IKM : Ikaka Ikaem