Ini Bukan Judul Terakhir
Mengetik beberapa patah kata, kemudian menghapusnya kembali. Kemudian mengetik lagi dengan kata-kata yang baru dan setelah aku pelototin lama, aku hapus kembali. "arrgghh..." desahku. Aku melipat laptopku dan menyandarkan punggungku di sofa yang aku duduki. Aku manyun menatap laptop hitam itu.
"A cup of mocca is coming" ujar Ayu dan ia meletakkan secangkir mocca untukku itu tepat di sebelah laptopku dan ia mengambil posisi duduk tepat di sebelahku. Lalu ia menikmati susu coklat hangat buatannya sendiri. "Kenapa? Udah kelar nulis nya?" tanya Ayu lalu ia meletakkan cangkirnya di sebelah cangkirku.
"Stuck! Aku kira kemampuan menulisku udah diambang kematian dan aku putuskan ini judul terakhir yang aku buat, setelah ini nggak akan muncul lagi novel baru yang ditulis oleh Tata Latifa" ujarku.
"Yakin nggak akan menulis lagi? Padahal selama ini novelmu selalu laris di pasaran, apa ini karena Yoga?" Tanya Ayu hati-hati. Aku terdiam.
"Nggak usah sebut-sebut nama dia lagi" Ucapku dingin dan beranjak dari sofa kemudian menuju balkon. Mencoba menghirup udara segar dan mencoba membebaskan semua yang membuat sesak di dada.Namun... aku belum mampu melakukannya.
*****************************************************************************************
Dan tiada lagi senyuman mentari yang aku lihat, dan tiada lagi sejuknya embun yang dapat aku rasa, setelah kepergian kamu untuk selamanya Raga.
Tamat
"Alhamdulillah, selesai" ucapku. Aku meng klik tombol save dan mematikan laptopku.
"Akhirnya selesai juga novelmu, Ta" Tiba-tiba suara berat itu aku dengar lagi, bau parfum nya dapat kucium lagi, dia, sosok yang sangat aku rindukan. Aku yang sedak menyeruput secangkir mocca tiba-tiba tersedak "Ta, kamu nggak apa-apa?" tanyanya cemas dan ia mendekatiku.
"Kemana aja kamu?" tanyaku dingin dan tidak menatapnya sama sekali.Jantung ini berdebar begitu kencang, aku takut, detakannya dapat dirasakannya.
"Maaf yaa... selama ini aku pergi tanpa pamit, tanpa kabar. Aku selama ini masih ada di sekitar kamu kok. Aku masih memantau segala tentang kamu.Aku cuma mastiin tentang perasaan kita aja, ternyata..." ujarnya penuh misteri. Kata-kata nya masih belum bisa aku cerna. Oh ya... Dia adalah Yoga. "Ternyata apa?"
"Ternyata benar... perasaan yang aku rasa ini cinta, ternyata benar, kamu juga cinta sama aku"
Glep. Jantungku seakan berhenti berdetak.
"Ayolah jawab dengan jujur, Raga di novelmu itu, Prayoga Anderaga kan? itu aku kan dan semua cerita nya tentang aku kan?" Ujarnya penuh tebakkan dan wajahku seketika memerah, malu. "Ihh... itu pipinya merah, pokoknya, Tata nggak boleh berhenti menulis, ini bukan tulisan Tata yang terakhir. Raga nya masih ada kok, dia cuma pergi sebentar, dia cuma mau tau, seberapa besar Ifa mencintai Raga"
Aku masih diam. Aku nggak tahu mau bicara apa.
"Diam berarti setuju. Berarti Ini bukan judul terakhir dari Tata"
Aku bergeming "kamu tuh yah. Udah seenaknya pergi, seenaknya dateng, seenaknya nyuruh ini itu. Seenaknya mainin perasaan aku, tahu" jawabku sambil tersenyum.
"bukan judul terakhir?" tanya Yoga memastikan. Aku menjitak Yoga dengan penuh cinta "iya... bukan judul terakhir"
Ditulis : 460 kata
by: shelvia Chalista
Ditulis : 460 kata
by: shelvia Chalista
Comments
Post a Comment