Flash Fiction : Kita Sudah Berakhir?
Pagi itu aku berniat hanya untuk mengucapkan "selamat berjuang comot. Semangat, Semoga sukses. Insyaallah Amiin" pada Rengga.
Aku berharap, bahwa semua akan tetap sama. Semuanya seperti dulu. Tiada berkurang. Kamu adalah kamu yang aku kenal dulu. Setelah semua yang terjadi. Setelah semuanya memang salahku. Setelah mungkin kamu berpikir aku ini sudah menyia-nyiakan kamu. Aku tunggu balasan dari kamu. Tak butuh waktu lama. Kamupun ternyata membalas pesan singkat itu. Betapa rasanya hancur yang aku rasa. Remuk redam. Aku bodoh. Hinaku dalam hati. Aku membiarkan yang terbaik juga mungkin akan pergi sekarang. Aku telah menyia-nyia kamu yang tak sama dengan yang lain. Kamu yang punya cara berbeda untuk menjadikamu yang bisa kamu berikan ke aku. Tapi aku tak pahami itu. Aku sibuk membenci caramu yang justru itu cara terbaikmu mempersembahkan cintamu. Kamu yang lugu yang selalu bingung bagaimana mengungkapkan cinta, bagaimana bersikap yang diinginkan wanita biasa, kamu tidak pernah lakukan itu. Kamu hanya tunjukkan 'aku mencintai kamu, tapi inilah yang bisa aku beri'. Dan mungkin detik ini juga aku kehilangan kamu.
Jawaban yang tidak seperti dulu. Yang penuh semangat. Yang punya kalimat tambahan di belakang. Yang selalu mencantumkan panggilan yang menurut kami itu adalah panggilan sayang "Comot dan Cemot" dan Kamu hanya menjawab sekenanya "terimakasih, Ra". Iya hanya itu. Apa mungkin benar yang aku rasa? Kita sudah berakhir, Mot?
Aku berharap, bahwa semua akan tetap sama. Semuanya seperti dulu. Tiada berkurang. Kamu adalah kamu yang aku kenal dulu. Setelah semua yang terjadi. Setelah semuanya memang salahku. Setelah mungkin kamu berpikir aku ini sudah menyia-nyiakan kamu. Aku tunggu balasan dari kamu. Tak butuh waktu lama. Kamupun ternyata membalas pesan singkat itu. Betapa rasanya hancur yang aku rasa. Remuk redam. Aku bodoh. Hinaku dalam hati. Aku membiarkan yang terbaik juga mungkin akan pergi sekarang. Aku telah menyia-nyia kamu yang tak sama dengan yang lain. Kamu yang punya cara berbeda untuk menjadikamu yang bisa kamu berikan ke aku. Tapi aku tak pahami itu. Aku sibuk membenci caramu yang justru itu cara terbaikmu mempersembahkan cintamu. Kamu yang lugu yang selalu bingung bagaimana mengungkapkan cinta, bagaimana bersikap yang diinginkan wanita biasa, kamu tidak pernah lakukan itu. Kamu hanya tunjukkan 'aku mencintai kamu, tapi inilah yang bisa aku beri'. Dan mungkin detik ini juga aku kehilangan kamu.
Jawaban yang tidak seperti dulu. Yang penuh semangat. Yang punya kalimat tambahan di belakang. Yang selalu mencantumkan panggilan yang menurut kami itu adalah panggilan sayang "Comot dan Cemot" dan Kamu hanya menjawab sekenanya "terimakasih, Ra". Iya hanya itu. Apa mungkin benar yang aku rasa? Kita sudah berakhir, Mot?
Comments
Post a Comment