pfft :(
Kadang orang merasa selalu benar sendiri. Itu manusia. Saya pun juga.Kadang orang selalu mengira sudah berusaha dan sendirian. Lantas? Yang lain? Enggak mengerti lagi. Yang susah itu apa? Mendengarkan. Iya. Dari awal mereka susah untuk mengartikan apa yang dulu saya ucap. Apa yang dulu saya rasa. Betapa berat saya untuk memulai. Mereka enggak ngerti. Mereka mengerti bahwa mereka mampu dan punya ambisi. Tapi saya adalah orang yang selalu menggunakan insting disetiap tindakan dan mereka tidak mau mengerti itu. Sampai saya menjadi sulit untuk menjelaskan kenapa awalnya saya sulit untuk memulai? Dari awal saya sudah memperhitungan semuanya. Tanggal. Kemampuan finansial tetapi mereka terlalu berambisi. Lantas? Yang saya punya tinggal semangat. Dari dulu saya sudah ditempa guru SMP saya sebagai penyemangat dan pengingat untuk tim saya yang lain. Saya bukan pesimis tapi saya tau seberapa besar kemampuan saya dan saya yang tau apa kelebihan dan kelemahan saya. maka kenapa dari awal saya rasanya berat untuk memulai lebih awal dan memilih menunda.
Ketika semuanya terlanjur, registrasi sudah dibayar. Lantas? Nggak mungkin saya harus diam. Untuk itu saya berusaha untuk jadi kompor, menyalakan api-api semagat kalian yang telah redup, capek. Mungkin kalian sudah lupa saya berkata "now, or never?" Di H-kurang dari seminggu. Saya cuma punya itu. Saya cuma punya semangat dan feeling bahwa kita akan mampu meraih tiket. Tapi saya juga punya feeling kita tidak mampu untuk kesana mungkin bukan kita tapi saya. Bukan saya pesimis bukan. Hanya saja ada sesuatu yang meyakinkan saya bahwa saya sulit untuk kesana.
Hingga tiba saat pengumuman, saya masih yakin lolos. Pikiran saya selalu berkata lolos lolos lolos dan ini baru saya rasakan lagi belakangan ini. Selama saya kuliah. Hampir 3 tahun saya kuliah, baru-baru inilah saya bisa mendapatkan feeling itu lagi dan benar kemudian saya cemas. Apa yang saya tidak mampu lakukan benar adanya, finansial. Otak saya berpikir keras bagaimana saya bisa mengatasi ketidakmampuan saya, namun, yang saya harapkan ternyata sedang tidak sejalan dengan harapan saya. Maka saya merasa semakin tidak mampu untuk kesana. Tapi karena saya masih punya semangat, saya mau berusaha untuk tim saya disini. Di tempat saya berdiri. Istilahnya meskipun pincang sekalipun, bukan berarti tangan tak mampu berbuat atau mata tak mampu melihat. Saya masih berusaha kan disini? Saya masih menyalakan semangat saya agar kalian tetap berkobar hingga akhirnya, masalah yang juga menjadi pertimbangan saya di awal terbukti. Teman saya satu lagi tak mampu untuk konsisten di tempatnya. Dari awal saya sudah gamang, atau jangan-jangan ini karma karena secara tidak sengaja menyakiti partner kerja yang sebelumnya? Entahlah. Allah maha tau.
kini semuanya sudah berakhir dan kandas. Mungkin bisa dikatakan sia-sia karena hasil yag dicapai bukan yang termaksimal. Aku menyesali ketidakmampuan ku tapi aku menyalahi keadaan. Kini masih ada 2 proyek lagi yang belum tau hendak dibawa kemana. Apakah api itu masih tetap berkobar? Sama seperti awal melangkah? Aku masih berusaha untuk melangkah pasti dan siap dalam semangat yang tetap konsisten, aku berusaha dengan apa yang aku punya, tapi masihkah aku mampu menjadi kompor semangat dalam tim ku seperti kata guru- guruku dulu?sementara semuanya masih seperti ini?
Ketika semuanya terlanjur, registrasi sudah dibayar. Lantas? Nggak mungkin saya harus diam. Untuk itu saya berusaha untuk jadi kompor, menyalakan api-api semagat kalian yang telah redup, capek. Mungkin kalian sudah lupa saya berkata "now, or never?" Di H-kurang dari seminggu. Saya cuma punya itu. Saya cuma punya semangat dan feeling bahwa kita akan mampu meraih tiket. Tapi saya juga punya feeling kita tidak mampu untuk kesana mungkin bukan kita tapi saya. Bukan saya pesimis bukan. Hanya saja ada sesuatu yang meyakinkan saya bahwa saya sulit untuk kesana.
Hingga tiba saat pengumuman, saya masih yakin lolos. Pikiran saya selalu berkata lolos lolos lolos dan ini baru saya rasakan lagi belakangan ini. Selama saya kuliah. Hampir 3 tahun saya kuliah, baru-baru inilah saya bisa mendapatkan feeling itu lagi dan benar kemudian saya cemas. Apa yang saya tidak mampu lakukan benar adanya, finansial. Otak saya berpikir keras bagaimana saya bisa mengatasi ketidakmampuan saya, namun, yang saya harapkan ternyata sedang tidak sejalan dengan harapan saya. Maka saya merasa semakin tidak mampu untuk kesana. Tapi karena saya masih punya semangat, saya mau berusaha untuk tim saya disini. Di tempat saya berdiri. Istilahnya meskipun pincang sekalipun, bukan berarti tangan tak mampu berbuat atau mata tak mampu melihat. Saya masih berusaha kan disini? Saya masih menyalakan semangat saya agar kalian tetap berkobar hingga akhirnya, masalah yang juga menjadi pertimbangan saya di awal terbukti. Teman saya satu lagi tak mampu untuk konsisten di tempatnya. Dari awal saya sudah gamang, atau jangan-jangan ini karma karena secara tidak sengaja menyakiti partner kerja yang sebelumnya? Entahlah. Allah maha tau.
kini semuanya sudah berakhir dan kandas. Mungkin bisa dikatakan sia-sia karena hasil yag dicapai bukan yang termaksimal. Aku menyesali ketidakmampuan ku tapi aku menyalahi keadaan. Kini masih ada 2 proyek lagi yang belum tau hendak dibawa kemana. Apakah api itu masih tetap berkobar? Sama seperti awal melangkah? Aku masih berusaha untuk melangkah pasti dan siap dalam semangat yang tetap konsisten, aku berusaha dengan apa yang aku punya, tapi masihkah aku mampu menjadi kompor semangat dalam tim ku seperti kata guru- guruku dulu?sementara semuanya masih seperti ini?
Comments
Post a Comment